Jakarta 29/3 – Mahasiswa Program studi film dan televisi angkatan 21 mendapatkan penghargaan Film dokumenter terbaik ke 2 pada Festival Dokumenter BudiLuhur dan Proposal terpilih lolos penjurian Festival Dokumenter BudiLuhur. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan beberapa tahapan diantaranya Tahap seleksi proposal Desain Produksi 6 Desember 2022 – 11 Januari 2023 lalu Tahap produksi dan penjurian film 10 Februari – 29 Maret 2023. Malam penganugrahan dilakukan di Perpusnas RI (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia), Jakarta dengan agenda pengumuman Nonimasi lolos proposal desain produksi : 11 Januari 2023 dan penganugrahan Nominasi film terbaik : 29 Maret 2023.
Dio Desta sebagai Sutradara film tersebut menuturkan “Yang pasti sangat bersyukur dan sangat bahagia juga sangat bangga terhadap upaya kami dan rekan rekan yang lain, hal yang kami impikan akhirnya bisa terwujud, saya dan tim mengucapkan banyak terima kasih kepada mentor kami yaitu mas bintarto wicaksono yang sudah membimbing dan memberikan masukan juga kritikan terhadap film kami. Juga tak lupa, kepada Yayasan BudiLuhur yang sudah menyelenggarakan FDBL ini. Dan senang sekali rasanya, bisa bertemu dan berbincang bersama para praktisi film dokumenter seperti mas IGP Wiranegara, mba Sofia Setyorini, mas Tony, yang sudah lama berkecimpung di dunia Film Dokumenter ini. Moment ini tidak akan saya dan tim rasakan jika tidak melewati proses pembelajaran panjang yang pernah dilalui di kelas Studio Film Dokumenter Ftv Upi. Pada dasarnya ini menjadi suatu bentuk untuk tim kami terus berkembang dan mengevaluasi banyak hal sehingga kami tergerak untuk terus berkarya lebih baik lagi. Dan kegiatan ini mampu mengubah banyak sineas muda untuk mampu bersaing gagasan – gagasan kreativnya, bahagia rasanya telah menjadi bagian dari perjalanan sekaligus juara ke 2 di Festival Dokumenter BudiLuhur Edisi tahun ke 9 ini”.
Semoga rekan – rekan yang masih belum mengikuti/bahkan tidak lolos festival tidak berkecil hati karena setiap film mempunyai pasarnya masing masing. Tidak lolos pada festival tertentu bukan berarti tidak lolos pada festival yang lain, tetap semangat dan berproses untuk menjadi sineas muda. Lalu tanamkan pada diri sendiri untuk tidak menjadikan proses berkarya hanya untuk memenuhi tugas semata, namun maksimalkan kreatifitas, imajinasi, gagasan yang ada di benak dan pikiran. Adapun proses kreasi film jangan berhenti pada satu titik itu saja tetapi harus dimaksimalkan peluang yang lain hingga mencapai tujuan yang diharapkan. Yang terakhir pastinya harus lebih aktif dalam mencari informasi mengenai ajang festival film karena ajang tersebut sangat luas dan beraneka ragam tak hanya film fiksi saja namun dalam film dokumenter pun punya ajang tersendiri, Ucap Diaz Alfian Permana Putra sebagai motivasi kepada rekan dan adik sineas di program studi film dan televisi. (SSN – Salsa Solli Nafsika)