Bandung 13/3 – Pitching film merupakan proses penyajian ide atau proyek film kepada calon investor, produser, atau studio untuk mengamankan pembiayaan, dukungan, atau distribusi untuk film tersebut. Ini biasanya melibatkan presentasi lisan singkat atau dokumen tertulis yang menguraikan cerita, karakter, tema, dan target penonton dari film yang diusulkan, serta nilai jual unik atau aspek yang dapat dipasarkan yang mungkin menarik bagi investor atau penonton. Pitch film yang sukses harus menarik, menarik, dan menunjukkan potensi kesuksesan finansial dan kritis.

Proses pitching film dapat bervariasi tergantung pada situasi dan individu yang terlibat, persiapan Langkah pertama dalam membuat film adalah menyiapkan presentasi yang ringkas dan menarik yang mengomunikasikan cerita, karakter, dan tema proyek secara efektif. Ini mungkin melibatkan pembuatan pitch deck, treatment, logline, atau script, tergantung pada tahap pengembangan proyek. Melakukan Penelitian sebelum meluncurkan film, penting untuk meneliti calon investor, produser, atau studio untuk memahami minat, tujuan, dan preferensi mereka. Ini dapat membantu menyesuaikan nada dengan kebutuhan mereka dan meningkatkan peluang keberhasilan. Membangun  Jaringan dengan profesional industri adalah bagian penting dari proses pitching, karena dapat membuka peluang untuk pitching dan menerima umpan balik pada proyek. Proses pitching yang sebenarnya biasanya melibatkan pertemuan dengan calon investor atau produsen secara langsung, melalui panggilan telepon atau video, atau mengirimkan presentasi atau perawatan melalui email. Selama pitch, penting untuk menjadi ringkas, antusias, dan to the point. Pitch harus fokus pada elemen kunci proyek dan nilai jualnya yang unik. Setelah promosi, penting untuk menindaklanjuti dengan investor atau produsen untuk mengukur minat mereka dan menerima umpan balik. Ini dapat membantu meningkatkan nada dan meningkatkan peluang mendapatkan pembiayaan, dukungan, atau distribusi untuk film tersebut. Jika pitch berhasil, negosiasi dapat mengikuti mengenai ketentuan pembiayaan, distribusi, atau aspek lain dari proyek.

Secara keseluruhan, proses pitching film dapat menantang dan membutuhkan kombinasi kreativitas, penelitian, jaringan, dan ketekunan. Ungkap Erik M Pauh sebagai pengampu mata kuliah Studio Film.

Tujuan utama simulasi pitching tersebut mempersipakan luaran dari Ujian Akhir Semster Studio Film dengan menciptakan Film Pendek dari tahapan riset yang sudah dilakukan.

Anisah Rizki Fadika menuturkan “Sebagai mahasiswa Film dan Televisi, tentunya kami berharap kuliah ini dapat membentuk mentalitas antara satuan pendidikan dengan bidang industri dengan sasaran utama pengembangan intelektual dan keterampilan mahasiswa pada bidangnya, dan mahasiswa menjadi lebih siap dan kompeten dalam menghadapi tantangan di industri film dan televisi setelah lulus dari perguruan tinggi. Diharapkan mahasiswa dapat memperoleh wawasan dan keterampilan praktis yang dapat membantu mereka mempersiapkan diri untuk terjun ke dunia industri perfilman di Indonesia”. (SSN – Salsa Solli Nafsika)