
Gotong Royong Seni Grafis Indonesia di Poznan
Seni grafis sebagai budaya seni di Indonesia merupakan salah satu bentuk budaya yang sudah dilakukan sejak zaman kolonial. Teknologi percetakan yang selama ini digunakan sebagai teknologi media massa akhirnya berkembang menjadi media seni. Seiring perkembangan zaman seni rupa modern di Indonesia, seni grafis juga berkembang ke arah seni terapan hingga akhirnya menjadi desain komunikasi visual. Konsep ini mencoba memadukan proses seni grafis konvensional dengan kebutuhan penyampaian informasi secara massal. Namun dalam praktiknya, masih banyak seniman yang memilih proses seni grafis konvensional sebagai media karyanya hingga saat ini.
Biennale Grafiki Poznan – Polandia, didirikan pada tahun 1999, merupakan sebuah siklus review festival yang menyajikan karya-karya seniman generasi muda yang berkecimpung di bidang seni grafis. Sejak 2019, estival yang awalnya lebih mengedepankan aktifitas kompetisi berubah dengan menentukan bidang tematik yang ditekankan pada nilai-nilai alternatif berdialog dengan budaya kontemporer dan kehidupan sehari-hari. Tema Biennale Grafiki Poznan ke-13 yang akan berlangsung pada musim semi 2023 di Poznan, adalah ‘Eror’ – sebuah masalah yang, dalam kaitannya dengan seni, mengkritik realitas yang ada sebagai cacat dan tidak sempurna, malah mengusulkan perbaikan dan transformasi dalam budaya dan masyarakat. Festival ditujukan tidak hanya untuk siswa sekolah seni, tetapi juga untuk seniman
dari Polandia dan Ukraina dan beberapa negara undangan yang secara khusus akan mempresentasikan karya seni grafis di Poznan selama 1 bulan.
Studio Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mencoba merepresentasikan ide tema “Eror” sebagai sebuah proses kerja. Hal ini mengacu pada pengalaman empiris yang dialami siswa selama proses pembelajaran di kelas. Proses ini tidak luput dari kegagalan, tetapi juga membangun karakter setiap mahasiswa yang mengalami proses di studio seni grafis di UPI. Fakultas Pendidikan Seni Rupa dan Desain UPI terletak di Kota Bandung, Indonesia. Keterlibatan dalam Biennale Grafiki Poznan ke-13 di tahun 2023 merupakan kerjasama antara mahasiswa, dosen dan alumni dalam studio seni grafis yang sebagian besar juga telah menjadi seniman profesional. Proses penciptaan karya ini memunculkan gagasan partisipatoris, dimana setiap individu yang terlibat di dalamnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari gagasan dan karya yang muncul. Istilah “Gotong Royong” yang berarti gotong royong. Istilah ini berasal dari kata bahasa Jawa gotong yang artinya “mengangkat” dan royong yang artinya “bersama”.
Setiap orang dituntut untuk memiliki rasa gotong royong, dan hal ini tertanam pada seluruh elemen dan lapisan masyarakat di Indonesia. Sebab, dengan adanya kesadaran itu, seluruh lapisan masyarakat akan lebih mudah melakukan segala aktivitas secara gotong royong. Dengan pola ini, pekerjaan akan terasa lebih mudah karena dilakukan secara bersama-sama. Ide ini menjadi landasan dasar kerja kami untuk merepresentasikan ide bekerja sama untuk mengurangi tingkat “Error”.
Karya seni grafis yang diikutsertakan oleh Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia dalam Biennale Grafiki Poznan merupakan karya cetak tinggi yang pernah di ciptakan di tahun 2010 oleh rekan-rekan anggota studio grafis di UPI yang de koordinatori oleh Zaenal Abidin dan Sigit Ramadhan. Di tahun 2022 karya tersebut di cetak ulang oleh Nala Nandana Undiana, Wisesha Wening Galih, Dadang Sulaeman, dan Zakarias S. Soeteja sebagai bentuk apresiasi bagi rekan-rekan studio grafis di UPI.
Karya cetak tinggi yang dipajang dalam ruang galeri Miejskie Galerie UAP Poznan mengundang rasa penasaran pengunjung yang hadir saat pembukaan pameran pada 25 April 2022. Olena Petrenko yang merupakan staff ahli hubungan internasional di Magdalena Abakanowicz University of the Arts Poznan, Polandia mengatakan, “…kata-kata dan frasa itu sangat menarik bagi mereka yang tidak tahu bahasanya, Sejujurnya, ungkapan ‘Gotong Royong’ telah menjadi moto tim kami dan sering terdengar di kantor kami…”. Karya yang berjumlah 4 panel dengan ukuran masing-masing 230 x 110 Cm tersebut memang menunjukan beberapa kata-kata dan kalimat dalam bahasa Indonesia. Hal-hal tersebut memang menjadi menarik bagi masyarakat Poznan yang menhadiri pameran tersebut. Terutama berkaitan dengan idiom-idiom yang beru menurut mereka. (NNU)